「日本人は目で食べる」  Orang Jepang Makan dengan Mata

November 20, 2013, oleh: superadmin


 Ketika menjadi penerjemah di Ehime tahun 2004 lalu ,dimana ada beberapa perusahaan makanan kemasan di Indonesia dan di Jepang khususnya Ehime berdiskusi untuk memperkenalkan kekhasan makanan masing masing negara, Pengusaha makanan Jepang membuat anekdot dengan menggambarkan pigur doraemon dengan mata yang besar ketika menghadapi makamomiji manjunan di meja makan, sementara pengusaha Indonesia , membuat gambar doraemon dengan mulut terbuka lidah menjulur ketika menghadapi makanan di meja. Dari sanalah pengusaha makanan jepang berkata  “orang Jepang makan dengan mata lho 日本人は目で食べるよ” sementara pengusaha dari  Indonesia berkata “ Orang Indonesia makan dengan lidah lho“ インドネシア人は舌でたべるよ Dari Anekdot diatas bisa tarik  kesimpulan  bahwa persepsi,sikap, dan kebiasaan memperlakukan makanan antara orang Jepang dan Orang Indonesia terdapat perbedaan yang sangat besar di dua kosatakata tadi yaitu ” makan dengan mata ” bagi orang Jepang  dan “makan dengan lidah” bagi orang Indonesia.

Nihonjin wa me de taberu 日本人は目で食べる

 Ungkapan ini berarti bahwa orang Jepang ketika menghadapi makanan yang terhidang di mejamakan yang paling di utamakan adalah bentuk dari makanan itu secara visual , bukan rasa yang dipentingkan tapi keindahan dan kesegaran makanan yang diutamakan. Begitu juga ketika di restoran restoran orang Jepang lebih suka makanan yang masih segar atau kadang mentah untuk menjaga keaslian warna dan kesegaran makanan. Seperti halnya di tempat susi atau sashimi ,keindahan bentuk makanan di utamakan lalu setelah itu baru segi rasa diperhatikan.

  Untuk makanan makanan yang dihidangkan atau bento bento di supermarket makanan yang dihidangkan selalu dihias dengan indah agar menarik konsumen untuk membeli walaupun rasanya tidak begitu enak menurut lidah orang Indonesia. Bahkan di restoran besar setiap hidangan dihiasi dengan bunga sakura atau daun momiji yang diawetkan sepanjang tahun. Bunga sakura hanya mekar di musim semi antara Maret sampai April saja , sedangkan momiji hanya bisa dipetik pada akhir Oktober dan November saja. Di daerah tokushima ada wilayah yang penduduknya tardiri dari para manula yang mengembangkan bisnis daun momiji ini agar awet sepanjang tahun dan dipasarkan  keseluruh restoran di Jepang mereka mempunyai penghasilan yang besar hanya dengan memetik daun daun di gunung dan mengawetkannya.

 Setiap makanan kecil atau makanan untuk oleh oleh di tempat tempat pariwisata Jepang juga dibungkus dengan rapi, satu per satu dengan warna warni yang menarik, padahal isinya cuma sedikit dan kueh biasa yang rasanya tidak begitu enak tapi karena kemasan yang bagus harganya cukup mahal dan sangat menarik untuk jadi buah tangan. Sebagai contoh makanan khas Hiroshima Momiji manju yang mirip dengan dodol garut dibentuk dengan berbagai corak dan berbagai rasa kemudian dibungkus satu per satu dengan  kertas yang mahal dan menarik sehingga banyak wisatawan membeli walupun harganya cukup mahal bagi mereka tapi karena keindahan makanan tersebut mereka tidak malu menjadikan sebagai oleh oleh khas Hiroshima .Itulah sedikit gambaran bagaimana orang Jepang sukse berbisnis makanan penganan atau buah tangan , semuanya bermula dari ungkapan “orang Jepang makan dengan mata.

Orang Indonesia Makan dengan Lidah  インドネシア人は舌で食べる

  Selama menuntut ilmu di Jepang , saya sudah beberapa kali pulang sementara ke Indonesia khususnya kota bandung dan pulangnya tentu saja membawa oleh oleh makanan khas Indonesia untuk diberikan kepada teman teman se lab atau teman teman Jepang. pernah suatu ketika  saya menyempatkan waktu jalan jalan di Supermaket di kota bandung untuk mencari makanan yang layak untuk oleh oleh bagi teman teman di Jepang, ternyata cukup sulit dan akhrinya dapat makanan yang kurang sreg apa bila di jadikan oleh oleh bahkan merasa malu ketika menyerahkannya ke teman Jepang , oleh karena itu akhirnya saya membeli lagi oleh-oleh( omiyage) makanan khas Indonesia di Bandara Soekarno hatta dengan harga yang cukup mahal tapi puas karena kemasannya bagus dan menarik untuk jadi buah tangan. Jadi betapa sulitnya menemukan makanan khas Indonesia yang di bungkus satu per satu dengan kemasan yang bagus dan indah sehingga layak dan tidak memalukan apabila dijadikan buah tangan.

   Di restoran-restoran atau di rumahmakan -rumahmakan di Indonesia hampir tidak ada contoh makanan di depan etalase seperti halnya di restoran Jepang , bagi orang Indonesia umumnya bentuk dan keindahan makanan tidak begitu dipermasalahkan yang penting rasanya enak dan tentu saja murah harganya. Saya kira untuk masa masa yang akan datang para pengusaha retoran atau makanan penganan atau makanan oleh-oleh di Indonesia bisa berguru pada pengusaha makakanan penganan di Jepang. Banyak sekali makanan penganan yang enak di Indonesia seperti bakpia, wajit, dodol , apem , opok, tempe goreng ,pisang goreng, kripik singkong dll yang kurang laku di pasaran karena kemasan yang asal asalan dan tampa memperhatikan kemasan.

Dimasa yang akan dating industry pengemasan makanan yang seperti Jepang layk dikembangkan di Indonesia.